Oleh : Erie Sudewo (Komisaris Utama PBMT Ventura)
Fenomena menjamurnya lembaga keuangan mikro (LKM) dengan masuknya perusahaan-perusahaan besar agak mengejutkan. Apa motivasi mereka terjun ke segmen ini ? itu belum jelas.
Kabar terbaru, Group Bakrie mendirikan Bakrie Microfinance sementara Carrefour melembagakan program CSR-nya menjadi LKM tersendiri. Ketika membentuk LKM, keduanya mempunyai tujuan tertentu. Jadi, membiayai pengusaha mikro hanyalah kegiatan sampingan bukan tujuan utama.
Tujuan strategis mereka adalah membangu image positif. Dengan membiayai pengusaha kecil, mereka hendak meyakinkan masyarakat dalam berbisnis, mereka juga memiliki kepedulian sosial tinggi.
Ini sebabnya mengapa mereka mau repot-repot mendirikan unit tersendiri dan menyalurkan langsung dana ke masyarakat. Padahal, jika berniat membiayai pengusaha mikro, cukup menggandeng LKM yang sistemnya mapan. Bentuk kerjasamanya bisa dalam pengelolaan atau pendanaan. Antara menyalurkan langsung dengan bekerjasama lembaga lain, tentu efeknya berbeda.
Jika tidak diatur, mereka bisa mematikan LKM yang ada. Dalam bagi hasil misalnya, LKM milik korporasi ini bisa saja menerapkan bagi hasil rendah. Bahkan mereka siap mensubsidi. Sementara, operasional LKM seperti kami dibiayai dari dana bagi hasil. Ketika maereka memasang bunga rendah, tentu nasabah akan langsung beralih. Kita juga akan kehilangan SDM karena mereka bisa membajak pegawai BMT yang berpengalaman.
Kami berharap Pemerintah campur tangan, LKM harus ditata agar bisa berkelanjutan. Tanpa itu, Pemerintah juga yang rugi karena ujung tombak dalam pemberdayaan UKM hilang tertelan kompetisi. Jangan paksa LKM seperti kami, yang mengumpulkan asset belasan miliar dalam tempo belasan tahun, bersaing dengan LKM yang memiliki anggaran Rp 100 miliar per tahun.
by: gibran