Demikian penilaian Guru Besar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada, Gunawan Sumodiningrat dalam keterangan tertulisnya yang diterima Rakyat Merdeka Online, pagi ini (Rabu, 3/11).
“Meski begitu, mengukur keberhasilan penurunan kemiskinan jangan hanya terjebak pada angka-angka kuantitatif saja, tetapi penurunan kemiskinan tersebut harus berkualitas, sehingga yang terjadi bukan tingkat penurunan kemiskinan yang semu,” tambah Gunawan Sumodiningrat.
Di satu sisi, diakuinya memang jumlah warga di bawah garis kemiskinan setiap tahun mengalami penurunan. Namun, di sisi lain warga yang berada sedikit di atas garis kemiskinan sebagian tidak mampu meningkatkan kesejahteraanya dan dalam kondisi tertentu terancam jatuh kembali ke bawah garis kemiskinan.
Dalam rapat tertutup pemerintah, Badan Anggaran DPR, dan Komisi XI DPR, kemarin (1/11), pemerintah menargetkan penurunan jumlah penduduk miskin menjadi 11,5-12,5 persen dalam APBN 2011, dari saat ini yang masih sekitar 13,5-14 persen. Selain itu pemerintah dan DPR juga menargetkan penyerapan tenaga kerja sebanyak 400 ribu orang. Pemerintah menyediakan dana pemberdayaan masyarakat sebesar Rp 13,138 triliun untuk 6.623 kecamatan di Indonesia.
Untuk mewujudkan itu, menurut Gunawan, perlu penanganan kemiskinan secara terintegrasi. Pemerintah juga dituntut untuk menggandeng masyarakat yang secara swadaya sudah terlibat dalam pemberdayaan masyarakat, seperti lembaga-lembaga keuangan mikro yang tumbuh dari bawah. Ini dapat disinergikan dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), Kelompok Usaha Bersama (KUBE), dan Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Lembaga keuangan mikro (LKM) dapat menjadi solusi pengentasan kemiskinan di Indonesia. Pasalnya, lembaga pembiayaan yang tumbuh dari masyarakat tersebut dapat melayani sektor-sektor usaha mikro yang selama ini tidak tersentuh oleh perbankan.
“Dengan mengembangkan LKM-LKM yang dikelola dengan baik, Indonesia akan mampu mengentasan penduduk miskin, yang kini masih berjumlah 30 juta orang,”ungkap Gunawan yang kini menjadi Koordinator UGM Alumni Career Support System (UGM-ACSS).
Gunawan mencermati pertumbuhan sejumlah lembaga keuangan mikro, khususnya lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) atau Baitul Maal Wat-Tamwil (BMT) yang tumbuh dari bawah dan dikelola secara profesional telah menemukan model pemberdayaan masyarakat yang efektif dan saling menguntungkan.
“Saya melihat langsung bagaimana BMT melayani para pedagang di pasar atau membiayai usaha-usaha mikro di daerah,”ungkap Gunawan yang akhir pekan lalu bersama BMT Tamzis Yogyakarta berkunjung ke beberapa nasabah yang dibiayai lembaga keuangan mikro syariah tersebut.
Menurut Gunawan, potensi LKM atau BMT sangat potensial dikembangkan. Apalagi, bila mengutip dari BMT Center yang saat ini memayungi sekitar 150 BMT sudah memiliki aset sebesar Rp 2,6 triliun dengan total nasabah yang dibiayai mencapai sejuta orang.
sumber: rakyatmerdeka.co.id