Jakarta – Permintaan kredit baru selama triwulan II-2009 terus menggeliat. Namun perbankan masih menghindari kredit untuk sejumlah sektor mengingat risikonya yang tinggi.
Berdasarkan hasil survei perbankan yang dilakukan Bank Indonesia, perbankan masih menghindari penyaluran kredit untuk 2 sektor ekonomi yakni:
1. Sektor industri pengolahan, khususnya industri tekstil atau garmen (jenis tekstil tertentu) karena persaingan dengan produk tekstil impor dan menurunnya permintaan dari negara tujuan ekspor dan industri pengolahan kayu yang dihindari karena masalah keterbatasan bahan baku yang dialami industri tersebut.
2. Sektor bangunan (terutama berupa pembangunan mal), karena perbankan menilai pembangunan mal sudah over supply, sementara permintaan diperkirakan mengalami penurunan akibat krisis keuangan global.
Berdasarkan hasil survei perbankan triwulan II-2009 yang dikutip detikFinance, Senin (13/7/2009) disebutkan bahwa permintaan terhadap kredit baru meningkat dibandingkant triwulan sebelumnya yakni dari saldo bersih tertimbang (SBT) 27,5% menjadi 65,9%.
Peningkatan tersebut didorong oleh kenaikan pada kelompok bank besar (aset di atas Rp 25 triliun), yaitu dari 27,5% menjadi 70,6%. Perbankan memperkirakan peningkatan permintaan kredit antara lain didorong oleh tingginya kebutuhan pembiayaan perbankan, prospek usaha nasabah yang semakin baik dan kecenderungan menurunnya tingkat suku bunga kredit.
Berdasarkan jenis penggunaannya, kenaikan permintaan terjadi pada seluruh jenis kredit dengan permintaan terbesar pada kredit modal kerja (SBT 62,9%).
Secara sektoral, pada triwulan II-2009 terdapat beberapa sektor yang mengalami peningkatan permintaan kredit dibandingkan triwulan sebelumnya antara lain sektor pertanian, sektor transportasi, pergudangan dan transportasi, serta sektor perdagangan.
Dari seluruh permintaan kredit baru yang disetujui oleh bank, sebagian besar masih berasal dari kelompok nasabah lama. Namun bank menilai masih cukup banyak permohonan kredit yang belum memenuhi persyaratan dan bankable, terlihat dengan meningkatnya jumlah aplikasi permohonan kredit yang tidak disetujui bank dari 15,9% pada triwulan I-2009 menjadi 17,2% pada triwulan II-2009.
Survei perbankan dilaksanakan BI secara triwulanan terhadap 43 bank umum yang berkantor pusat di Jakarta dengan pangsa kredit yang mewakili sekitar 80% dari nilai total kredit bank umum secara nasional.
Pengolahan data dilakukan dengan metode ‘Saldo Bersih Tertimbang’ (SBT) yang merupakan jawaban responden dikalikan bobot kreditnya (total 100%), selanjutnya dihitung selisih antara persentase responden yang memberikan jawaban meningkat dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban menurun.