Sunday, November 24, 2024 1:57

100 highest turnover achiever Cooperatives 100 Koperasi Pencetak Omset Tertinggi

Posted by on Tuesday, August 11, 2009, 12:23
This item was posted in Terbaru and has 0 Comments

Cooperative business has grown rapidly in this country. As we can see in the list of 100 cooperatives which is spread by PIP, business volume of cooperative is not anymore played at hundreds million rupiah, but it goes through hundreds billion rupiah even trillion rupiah. Under 100 cooperatives with the highest business volume there are still fifty cooperatives which have business volume through dozen billion. The lowest rank is on the fifth sequence which has business volume through fifteen billion rupiah.
Ranking of 100 cooperatives which is arranged by PIP has material that is taken from various sources, some of them are obtained directly from field, including through regional bureau. So, it is not only relied on ordinary data, example from the government. To make sure the accuracy, checking and rechecking data is done.
Although they have worked hard, there is still available chance for unregistered cooperative because the data is not monitored by PIP or the cooperative is reluctant to give its data. However, with this list of 100 cooperatives, map of cooperative business progress has been able to be described. In listing process, PIP specializes in primary cooperative, besides fairness reason, progress of primary cooperative can have impact on society welfare increasing, because it is related directly to all members.
From business activity side, saving and loan unit is the most potential business done by cooperative and by handling it specifically also as business unit. Even, cooperative that is on the top which is Kospin Jasa Pekalongan, is cooperative specializing in saving and loan business. Five saving and loan cooperatives accompany Kospin Jasa in top ten. Kospin Jasa Pekalongan, can not only be representative of saving and loan cooperative victory, but also can be an icon of cooperative greatness in Indonesia, with business volume more than five trillion rupiah. If it is compared with its total asset 1.24 trillion rupiah, Kospin Jasa is regarded to be productive for company which moves on financial area.
Much more Victorious
Functional cooperative is the most included in the list of 100 cooperatives. This kind of cooperative is supported by solid membership. But in the past, progress of functional cooperative often stopped on certain level, because its work area is limited. Nowadays, many functional cooperatives are able to break through the limitation by escalating business range especially by expanding business beside saving and loan. The existence of Koperasi Warga Semen Gresik (KWSG) on the second position in the list 100 cooperatives is indication that can represent victory of functional cooperative in the father land. In the top ten, functional cooperative also places three other deputies, namely Koperasi PT. Indosat, Kopkar Astra dan Koperasi Denma Mabes TNI AU. In the top hundred, many cooperatives in state employee (KP-RI) can enter, the highest position is KP-RI Raung in East Java, whose business volume 62.55 billion rupiah.
It’s interesting to observe that cooperative based on profession indicates promising development, although it places one agent only in top hundred, namely Koperasi Jasa Kelistrikan East Java. This kind of cooperative has big potential along with the development of professional organization in Indonesia such as cooperative that exclusively compiles nurse even artist. It may develop being doctor cooperative, journalist cooperative and so on. Unfortunately, there is lack of socialization of this type of cooperative.
Then, how about cooperative of New Order heritage, namely Koperasi Unit Desa (KUD) and Koperasi Serba Usaha (KSU)? After the New Order collapsed, many people forecast KUD and KSU will also collapse. But, the forecasting is not 100% correct. There are some KUD and KSU that are not only able to survive after not receiving facility from the government but also able to create good achievement, even there are some that have been able to break through the top hundred big cooperative. Producer cooperative, especially which has member from breeder of cattle, is also on the top hundred. Unfortunately, cooperative which has member of craftsman is absent from the list. Whereas handicraft industry that includes creative industry is being developed incessantly.
How about the spread of cooperative including in the top hundred? Regions that succeed placing the most cooperative are East Java as many as 23 units, Jakarta following by bringing 18 cooperatives. It’s interesting that many cooperatives outside Java show off, for example in West Kalimantan there are 16 cooperatives deserve to be in the top hundred list. Then South Sulawesi can be proud of 6 cooperatives that include in the list. While East Kalimantan, which became host of 62nd cooperative anniversary, placed its 5 cooperatives that have good performance in the top hundred list. Another province has cooperative agent in the top hundred list even the amount is less than 10, or only one. However this fact is enough to indicate that cooperative has potential developing throughout Indonesia.
The problem is how the local government and stakeholder such as Local Dekopin stimulate society to have cooperative, all at once to provide guidance as appropriate. Even tough there are many cooperatives in the top ten list succeeded in developing business by themselves, it doesn’t mean coaching from government is not important. As enterprise which gathers and fights for citizen economic capacity increase, cooperative development still needs promoter to instruct all at once develop it, from individual or institutions. In a developing country like Indonesia, government role as cooperative promoter has been prevalence, mean while in other countries or adherent of liberal economic, the cooperative promoter is usually from individual, both intellectuals and entrepreneurs.

Bisnis koperasi di negeri ini telah mengalami perkembangan yang boleh dibilang melesat jauh melewati perkiraan orang. Seperti bisa dilihat dalam list 100 koperasi yang dilansir PIP, Volume usaha atau omset koperasi tidak lagi bermain di angka ratusan juta, tetapi menembus puluhan miliar sampai ratusan miliar rupiah bahkan bilangan triliun rupiah.
enam-aturan-ksp-atau-usp-direvisiDibawah 100 koperasi dengan volume usaha paling tinggi. Masih ada 50 koperasi lain yang volume usahanya mencapai belasan miliar. Yang paling bontot saja di urutan 50 membukukan volume usaha Rp. 15 miliar rupiah lebih.
Peringkat 100 koperasi yng disusun PIP ini bahannya diolah dari berbagai sumber, sebagian diperoleh langsung oleh PIP di lapangan, termasuk melalui biro-biro di daerah. Jadi, tidak hanya mengandalkan data yang ada, misalnya yang ada di pemerintah. Untuk memastikan ke akuratan, kegiatan cek dan ricek pun dilakukan.
Kendati sudah bekerja keras, memang masih terbuka kemungkinan adanya koperasi yang tercecer, tidak masuk list, karena datanya tidak terpantau PIP, atau malah enggan memberikan datanya. Namun, dengan daftar 100 Koperasi yang sudah disusun ini saja, peta perkembangan bisnis koperasi sudah bisa digambarkan. Dalam proses penyusunan, PIP hanya mengkhususkan pada koperasi primer, selain alasan Fairness, perkembangan koperasi primer juga bisa langsung berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena langsung berhubungan dengan anggota
Dari sisi kegiatan usaha, unit simpan pinjam merupakan usaha yang paling potensial digarap koperasi, dan dengan menangani secara khusus maupun sebagai unit usaha. Bahkan koperasi yang bertengger di urutan pertama yaitu Kospin Jasa Pekalongan merupakan koperasi yang mengkhususkan diri di usaha simpan pinjam. Lima koperasi simpan pinjam lainnya menemani Kospin Jasa di 10 besar.
Kospin Jasa Pekalongan, bisa saja merepresentasikan kejayaan koperasi simpan pinjam, tetapi juga bisa disebut icon kebesaran koperasi di Indonesia, dengan volume usahanya yang mencapai Rp. 5 Triliun lebih. Jika dibandingkan dengan asetnya yang berjumlah 1,24 triliun, Kospin Jasa terbilang produktif untuk ukuran perusahaan yang bergerak dibidang jasa keuangan.

Makin Berjaya
Koperasi fungsional termasuk dalam deretan paling banyak yang masuk dalam 100 koperasi. Koperasi “jenis” ini umumnya memang didukung oleh keanggotaan yang solid. Namun dimasa lalu, perkembangan koperasi fungsional sering terhenti pada tingkat tertentu, karena wilayah kerjanya yang sangat terbatas, Sekarang, banyak koperasi fungsional yang mampu mendobrak keterbatasan tersebut. Dengan memperluas jangkauan bisnisnya terutama dengan mengembangkan bisnis diluar simpan pinjam.
Keberadaan Koperasi Warga Semen Gresik (KWSG) diurutan kedua dalam daftar 100 koperasi besar, adalah indikasi yang bisa mempresentasikan kejayaan koperasi fungsional di tanah air. Di lingkungan 10 besar , koperasi fungsional juga menempatkan tiga wakil lainnya, yaitu Koperasi PT Indosat, Kopkar Astra dan koperasi Denma Mabes TNI AU.
Dalam daftar 100 besar, koperasi di lingkungan pegawai negeri (KP-RI) pun banyak yang berhasil masuk, posisi tertinggi di singgahi KP-RI Raung di Jawa Timur, yang mencetak omset Rp. 62,55 miliar.
Menarik juga dicermati, koperasi berbasis profesi pun menunjukkan indikasi perkembangan yang cukup menjanjikan, meskipun hanya menempatkan satu wakil nya di 100 besar, yaitu koperasi Jasa Kelistrikan Jawa Timur. Koperasi jenis ini sebetulnya mempunyai potensi cukup tinggi, seiring dengan perkembangnya organisasi profesi di Tanah air misalnya ada koperasi yang khusus menghimpun perawat bahkan artis. Boleh jadi kelak akan berkembang koperasi dokter, koperasi wartawan, dan sebagainya. Sayangnya sosialisasi koperasi jenis ini masih minim.
Lantas, bagaimana dengan koperasi “warisan” orde baru, yaitu Koperasi Unit Desa (KUD) dan Koperasi Serba Usaha (KSU0 ? setelah orde baru gulung tikar, banyak yang meramalkan KUD dan KSU pun bakal ikut “tergulung”. Ternyata ramalan itu tidak seratus persen benar. Ada sejumlah KUD dan KSU, yang bukan hanya sanggup bertahan setelah tidak lagi mendapat gelontoran fasilitas pemerintah. Tetapi juga mampu membukukan kinerja bagus, sebagian malah berhasil mnerobos daftar 100 koperasi besar.
Koperasi produsen, terutama yang beranggotakan peternak sapi susu, juga ada yang berhasil bertengger di 100 besar. Sayangnya, koperasi yang beranggotakan pengrajin , absen dalam daftar. Padahal, industri kerajinan yang kini measuk dalam kategori industri kreatif, sedang gencar di kembangkan.
Bagaimana dengan sebaran koperasi yang masuk dalam daftar 100 besar? Wilayah yang berhasil menempatkan koperasi paling banyak adalah Jawa Timur, sebanyak 23 unit. DKI Jakarta menyusul dengan memboyong 18 koperasi.
Menariknya koperasi-koperasi di luar Jawa pun banyak yang unjuk gigi, di Kalimantan Barat, misalnya ada 16 koperasi berhak nongkrong di 100 besar. Kemudian Sulawesi Selatan bisa berbangga dengan enam koperasinya yang masuk list. Sedangkan Kalimantan Timur, yang menjadi tuan rumah puncak peringatankoperasi ke 62, menempatkan lima koperasinya yang berkinerja cemerlang, di daftar 100 besar
Provinsi lainnya, mempunyai wakil koperasi di 100 besar, meskipun jumlahnya kurang dari 10, bahkan hanya ada satu. Namun fakta ini sudah cukup mengindikasikan bahwa koperasi mempunyai potensi untuk berkembang di seluruh pelosok tanah air.
Persoalannya, tinggal bagaimana pemerintah daerah dan pihak terkait lainya seperti Dekopin Wilayah, merangsang masyarakatnya berkoperasi, sekaligus melakukan pembinaan secara tepat. Kendati banyak koperasi yang berada di 10 besar berhasil mengembangkan bisnisnya dengan kemampuan sendiri, bukan berarti kegiatan pembinaan oleh pihak lain terutama pemerintah, menjadi kehilangan arti pentingnya.
Sebagai badan usaha yang menghimpun dan memperjuangkan peningkatan kemampuan ekonomi orang banyak (rakyat), pengembangan koperasi tetap memerlukan kehadiran promotor untuk mengintruksikan sekaligus mengembangkannya, baik berasal dari individu yang peduli atau pun lembaga.
Di negara berkembang seperti Indonesia, peran pemerintah sebagai promotor koperasi, sudah menjadi kelaziman, sedangkan di negara maju atau pengenutekonomi liberal, promotor koperasi umumnya berasal dari individu, baik tokoh intelektual maupun pengusaha.

www.majalah-pip.com

Comments are closed.