Pasar rawa kerbo, persisnya berada di kawasan strategis Rawa sari, Jakarta pusat. Jika anda melewati arah jalan dari percetakan negara kearah rawa sari akan ketemu pasar rawa kerbo. Entah mengapa disebut rawa kerbo, mungkin dulu tempat kerbau berkumpul atau berendam diri di kubangan sawah. Pasar ini tidak besar, namun ramai oleh pedagang yang beraneka ragam. Disudut lain, berjarak lebih kurang 3 kilo meter-an ada gang, yang dinamakan gang pramuka sari. Di gang sempit ini, terdapat rumah yang biasa digunakan untuk pengajian (dauroh) para aktivis sekitar tahun 1987-an. Sang empunya rumah. M.Zaenal Muttaqien, aktivis dakwah yang bergelut dalam dunia tulis menulis kerap melakukan diskusi yang hangat dan mendalam seputar dakwah yang lebih mengena dikalangan masyarakat bawah. Sebagai Murobbi, Ustdz. Zaenal Muttaqien memiliki banyak Mad’u (murid), dari berbagai kalangan utamanya mahasiswa. Dengan talenta kuat sebagai jurnalis, karena didikan Pelajar Islam Indonesia (PII), ustdz. Zaenal Muttaqien, mendirikan majalah Sabilli yang monumental karena menjadi majalah trend setter di kalangan Ikhwah serta pernah dibreidel (dilarang) oleh pemerintah. Oplah majalah ini sangat luar biasa, diatas 500 ribu bahkan sejuta eksemplar. Selain Sabili, Zaenal juga menerbitkan bulletin Hanif yang terbit tiap jumat, sekitar tahun 1986-1995. Dua media cetak ini maju pesat.
Keprihatinan kalangan aktivisi dakwah pada ekonomi masyarakat kerap hinggap, terutama sekitar pasar Rawa Kerbo, Rawa sari. Selepas ta’lim mingguan. Tak kurang ada beberapa nama ; Ade Erlangga Masdiana (kini dosen Kriminologi UI), Nasrullah (alumnus UI), M.Zaenal Muttaqien dll. Banyak pengusaha mikro yang terjerat rentenir di sekitar pasar. Pembentukan BMT, diawali dengan argument-argumen sebagai berikut :
Pertama, kesadaran kuat pentingnya ekonomi syariah khususnya kalangan mikro
Kedua, Pengalaman Baituttamwil Ridho gusti dan BT Technosa di Bandung yang mengalami kegagalan.
Ketiga, Inspiring Grameen bank di Bangladesh
Keempat, UKMK tidak dapat berkembang tanpa dukungan pendanaan yang berkelanjutan.
Kelima, kalangan Ikhwah memiliki jaringan yang kuat dan meluas di banyak daerah. Sebagai basis awal dan pengembangan selanjutnya.
Awal pembentukan
Konsep awal dimulai dari tesis syar’iyah, “dapatkah konsep Maal dan Tanwil digabungkan menjadi satu ?”, satu sama lain saling melengkapi. Maal yang diambil dari ZIS dijadikan pengaman pembiayaan bagi 8 ashnaf. Singkatnya, dana ZIS digunakan sebagai dana produktif. Sedangkan Tamwwil, murni bisnis yang hitungannya dan akadnya jelas. Kewajiban dan hak-haknya, yang digunakan secara bisnis murni. Konsep ini baru memperoleh kejelasan secara syar’iyah dengan penjelasan dan ketegasan jawaban dari Prof.KH.Ali Yafie (Ketua MUI saat itu), yang tinggal sekitaran Pulo gadung Jakarta Timur. Berbekal fatwa itulah, BMT BINA INSAN KAMIL (BIK) di rumah M.Zaenal Muttaqien, gang pramuka sari II, Rizal Muganegara, alumnus akademi keuangan dan perbankan Muhammadiyah, menjadi direkturnya yang pertama. selanjutnya dibentuk dengan dana awal berasal dari aktivis dakwah dengan besaran modal awal hanya 6 atau 7 jutaan saja. BMT BIK ini merupakan BMT pertama yang tumbuh dan menjadi cikal bakal model dalam pengembangan BMT selanjutnya.
Ribuan anggota (umumnya awalnya dari kalangan ikhwah) bergabung dan melakukan transaksi keuangan di BMT ini, sebagai alternative keuangan via bank konvensional (ribawi). Para murrobbi, dan aktivis dakwah, kalangan ikhwah menjadi media yang sangat luar biasa efektif dan penentu keberhasilan tumbuh dan berkembangnya BMT secara cepat. Melalui taklim-taklim dan raudhoh yang banyak dilakukan. Yang paling kentara adalah peran para “teras” Murobbi : (Allahyarham) KH.Rahmat Abdullah, H.Ikhsan Tanjung dll. Dan tentu saja peran media Sabilli dan bulletin Hanif yang terbit tiap Jum’at. Para aktivis dakwah selanjutnya juga mendirikan di daerah lainnya ; Depok, Bekasi dan Pasar minggu Jakarta dan Bandung. Jadi kelahiran dan tumbuh berkembangnya BMT bukan dari kalangan masyarakat umum, melainkan ditopang oleh struktur sel dakwah yang rutin dan sistematis. Hingga kala ini. Filosofi dasar BMT adalah ; Dakwah plus ekonomi, keswadayaan, mandiri secara berkelompok dan tumbuh dari bawah bukan top down.
Kelahiran P3UK
Pada paruh 1994, selanjutnya melihat perkembangan BMT BIK yang demikian pesat dengan ribuan anggota dan asset milyaran rupiah. Melalui kajian dan perhitungan yang matang, dimulailah desiminasi BMT melalui pelatihan-pelatihan pengelolaan BMT, mulai apa dan bagaimana konsepnya, manajemen dana hingga pola penggalangan dana awal dan pola pembentukannya. Melalui Ir.H.Fadel Muhammad, ketua departemen PELMAS ICMI kala itu (1993), Hassan M Soedjono, MBA (direktur Sempati air dan salah satu ketua ICMI), Aries Muftie, SE.SH (BMI) dimulailah pelatihan BMT yang pertama hingga angkatan VIII, yang menggunakan ruangan rapat ICMI kebon sirih Jakarta. Yang umumnya mengisi pelatihan adalah ; M.Zaenal Muttaqien (konsep BMT), Aries Muftie, Rizal Muganegara (manajemen dana BMT), Istar Abadi, DR.Syafe’I Antonio, M.Ec, Iwan K Hamdan, Adriano Rusfie, S.psi (Motivasi) dan staf bagian marketing BMT BIK ; Rusli, dadan. Melihat perkembangan yang demikian pesat, selanjutnya ; Aries Muftie, M.Syafe’I Antonio, M.Ec, M.Zaenal Muttaqien, Istar Abadi, Iwan K Hamdan, Rizal Muganegara, Ilham Mulyawan, SE.
Selanjutnya membentuk PUSAT PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL (P3UK) pada sekitar tahun 1994. P3UK dibentuk sebagai lembaga yang menaungi pembentukan dan assistensi pertumbuhan BMT dan sinergitas bisnis UKMK antar BMT. Kala itu, P3UK menaungi lebih dari 100 BMT tersebut di Jakarta, Depok, bekasi, Jateng dan lainnya. Struktur pengurusnya ; HM. Syaf’ei Antonio, M.Ec, dan Hassan M Soedjono, MBA, sebagai Pembina, Aries Muftie, SE.SH, ketua, M.Zaenal Muttaqien, Direktur Eksekutif, ust.H.Sulaeman Zachawerus, bendahara, Rizal Muganegara kadiv pembinaan BMT, Iwan K Hamdan, kadiv pelatihan dan hubungan antar lembaga, dadang, kadiv Bisnis BMT, Ilham Mulyawan SE, sistek BMT, Adriano Rusfie (Aad), S.spi, staf ahli dan motivator. P3UK selanjutnya menjadi lembaga yang melakukan kajian, pengembangan dan asistensi pembinaan BMT pada sekitar tahun 1994-1997. Fokus P3UK kala itu adalah ; pembinaan, sinergitas antar lembaga (seperti dengan PHBK BI), dan pelatihan calon pengelola BMT. Hingga tahun 1997 tak kurang 3000-an peserta telah dilatih dalam pelatihan konsep dan pengelolaan BMT hingga angkatan ke XVIII.
Perjalanan selanjutnya
Hubungan yang kuat terus dijalin P3UK ; satu diantaranya dengan DD Koran Republika dengan mengisi kolom UKMK di Koran Republika secara periodic dengan mengisi kegiatan BMT dan pola pembinaan UKMK. Selanjutnya, DD Republika melalui Erie Soedewo melakukan replikasi pembentukan BMT dibawah naungan DD Republika. P3UK berposisi sebagai lembaga yang membantu proses pembentukan, konsep dan pembinaan BMT hingga DD Republika dapat melakukannya sendiri. Saat yang lebih kurang bersamaan, ICMI melalui bapak.Prof.Dr.Ir.HM Amien Azis, melakukan komunikasi dengan P3UK melalui bapak. Aries Muftie, SE.SH dan bapak.Syaf’ei Antonio, M.Ec. M.Zaenal Muttaqien, disepakatilah pengembangan BMT melalui ICMI. Selanjutnya, melalui YINBUK dan PINBUK ICMI melakukan pengembangan BMT. Hingga pencanangan pembentukan seribu BMT di orwil dan orsat ICMI yang dilakukan di Hotel Indonesia oleh presiden BJ Habibie. Dengan menggandeng dan dukungan BI dan IDB, konsep BMT ICMI (PINBUK) terus dilakukan dengan cepat dan massif. Peran P3UK mulai memudar dalam pembinaan dan assistensi BMT karena BMT memiliki banyak pilihan lembaga pembinaan dan jaringan bisnis UMKM. BMT telah menjadi model yang ideal bagi UMKM dan mikro, secara nasional telah banyak lembaga Pembina yang melakukannya. Perlahan P3UK mulai meredup pada tahun 1998-an.
Allahu Akbar ! kini BMT telah menjadi besar dengan jaringan yang kuat. Tak dibayangkan semula konsep yang bermula dari gang kecil di pramuka sari akhirnya menjadi menasional seperti sekarang ini. Wallahualam bishowab !.
Iwan K Hamdan
Kepala Divisi pelatihan dan hubungan antar lembaga
P3UK 1994-1997
by: Gibran
alhamdulillah smoga LKMS/BMT semakin berkembang baik.