Sunday, November 24, 2024 9:26

‘Perlu Tambahan Unit BMT’

Posted by on Monday, April 13, 2009, 7:03
This item was posted in Terbaru and has 0 Comments

JAKARTA – Jumlah kantor bank dan lembaga keuangan yang ada saat ini dinilai tak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pengusaha mikro dan kecil dalam mengakses modal. Karena itu, perlu adanya tambahan unit Baitul Maal wat Tamwil (BMT) di wilayah yang dekat dengan usaha mikro.

Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Center for Islamic Studies in Finance, Economics and Development (CISFED), Saat Suharto. Menurutnya, jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah di Indonesia mencapai 49.840.489 unit. Sementara jumlah kantor bank yang ada hanya sebanyak 5.281 kantor dan terkonsentrasi di kota besar. Sedangkan untuk BRI Unit Desa dan kantor Bank Perkreditan Rakyat saat ini berjumlah 8.462 kantor.

Saat melihat hingga kini masih ada sejumlah usaha mikro yang terjerat oleh lintah darat, bahkan di Jakarta. Untuk mendekati usaha mikro tersebut, kata Saat, pendekatan harus dilakukan secara nonformal. ”Persoalan mikro harus diatasi dengan cara nonformal, jangan memakai pendekatan bank,” kata Saat. Pendekatan nonformal yang dimaksud adalah dengan tidak menggunakan collateral base dan tidak melihat usaha mikro sebagai badan hukum.

Untuk membiayai usaha-usaha mikro yang memiliki potensi besar tersebut, Saat mengatakan perlu adanya tambahan unit Baitul Maal wat Tamwil (BMT) di wilayah yang dekat dengan usaha mikro. Selain itu, perbankan syariah setidaknya dapat terjun langsung ke usaha mikro. Pasalnya, bank syariah lekat dengan pembiayaan ke sektor riil. ”Lembaga keuangan harus lebih aktif ke mikro karena kalau hanya mengandalkan BMT yang ada saat ini tidak cukup meng cover seluruh usaha mikro yang ada,” ujar Saat.

Pembiayaan kepada usaha mikro, tambah Saat, kini lebih banyak di atas Rp 5 juta. Padahal yang dibutuhkan masyarakat adalah pembiayaan di bawah Rp 5 juta. Ia pun menyayangkan perbankan yang lebih banyak masuk ke kredit tanpa agunan maupun kartu kredit.Selain itu, kata Saat, BMT memilikinonperforming finance rata-rata tiga persen, dengan kata lain lebih rendah dibanding bank. ”Bisa dilihat perkembangan mikro syariah sangat prospektif,” kata Saat.

Ia pun memproyeksikan pertumbuhan BMT sebesar 40 persen di tahun ini. Sejumlah alasan, lanjut Saat, mendasari proyeksi tersebut. Pertama, adanya lembaga keuangan baru PT Permodalan BMT yang merupakan wholesale pembiayaan BMT. Kedua, BMT melihat krisis ekonomi global saat ini sebagai kesempatan untuk berkembang karena usaha mikro yang menjadi fokus pembiayaan tak terkena pengaruh besar dari dampak krisis yang terjadi. Berdasarkan sektor pembiayaan BMT diberikan kepada usaha perdagangan sebesar 63 persen, sementara sisanya ke sektor jasa, pertanian, industri, dan konsumtif.

Sekarang anggota BMT Center berjumlah 138 BMT dengan jumlah kantor 348 unit. Total pembiayaan BMT yang tergabung dalam BMT Center di 2008 mencatat perolehan yang signifikan dibanding 2007. Pada tahun lalu pembiayaan mencapai Rp 800 miliar, aset sekitar Rp 900 miliar dan simpanan sebesar Rp 700 miliar. Sementara pembiayaan di 2007 sekitar Rp 400 miliar, aset sekitar Rp 650 miliar dan simpanan Rp 450 miliar.

Sementara itu, Bank Mega Syariah (BMS) yang memfokuskan pembiayaan kepada usaha mikro kian memperluas ekspansinya melalui Mega Mitra Syariah. Potensi pasar mikro yang masih besar membuat BMS terjun langsung dalam menyalurkan pembiayaan ke usaha mikro. Outlet yang dikhususkan bagi usaha mikro tersebut memiliki plafon pembiayaan antara Rp 4 juta hingga Rp 500 juta.

Direktur Bisnis BMS, Ani Murdiati mengatakan, bagi usaha dengan pembiayaan Rp 50 juta ke atas tetap harus memenuhi syarat seperti izin usaha dan NPWP. Sementara, usaha dengan plafon rendah cukup dengan memberikan bon bukti transaksi usaha. Adanya outlet Mega Mitra Syariah pun membuat BMS tak memiliki linkage program dengan BPRS maupun BMT. ”Kita punya outlet sendiri untuk mikro jadi kami langsung menyalurkannya kepada mereka,” kata Ani.

Outlet Mega Mitra, lanjut Ani, juga telah merambah ke desa-desa di pelosok Tanah Air seperti di Jambi dan Kalimantan Timur. Di tahun ini BMS akan menambah outlet Mega Mitra Syariah sebanyak 100 unit yang akan tersebar di sekitar Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera. Per Desember lalu BMS memiliki 177 kantor Mega Mitra Syariah.Tercatat di 2008 aset BMS sebesar Rp 3,1 triliun, DPK Rp 2,6 triliun, pembiayaan Rp 2 triliun, dan laba sebelum pajak Rp 27 miliar. Di tahun ini BMS menargetkan aset sebesar Rp 4,1 triliun, DPK Rp 3,3 triliun dan laba Rp 60 miliar. Di 2008 CAR BMS tercatat 13,5 persen. gie

Sumber: http://www.republika.co.id

Comments are closed.